SAAT KAU PERGI (part II)

SAAT KAU PERGI

<Karya : -Vivie->




part 2

“gue dimana?” Tanya Mitha sambil memegangi kepalanya dan memandang berkeliling. Tapi pandangannya masih berkunang-kunang
“lo ada di rumah sakit,” jawab seorang cowo di sebelah Mitha
“gue kenapa?” Tanya Mitha lagi
“udah lo istirahat aja dulu. Jangan banyak ngomong,” kata cowo itu lagi

Mungkin karena masih pusing Mitha tertidur lagi. Dan esoknya sewaktu Mitha membuka mata, dia melihat Chindy ada di sampingnya.
“Tha lo kenapa?lo ga papa khan?” Tanya Chindy cemas
Mitha hanya menggeleng lemas. “lo tau darimana gue di sini?” tanya Mitha
“dari Dika. Dia yang nganterin lo ke sini. Dia juga udah hubungi papah sama mamah lo di Bandung,” kata Chindy
“mamah sama papah dikasih tau? Gue kan cuma luka dikit aja. Ga ada yang serius kan?” tanya Mitha lagi
“iya sih, tapi Dika takut lo kenapa-napa. Dan dia juga harus tanggung jawab sama keadaan lo” kata Chindy menjelaskan
“dari tadi lo bilang Dika terus. Emang dia siapa?” tanya Mitha bingung

Belum sempat terjawab pertanyaannya, seorang cowo yang ternyata bernama DIka itu masuk.
“ini yang namanya Dika. Dia yang nganterin lo ke sini,” kata Chindy
“gimana kepala lo?” tanya Dika sambil meletakkan buah yang dibawanya
“ini semua gara-gara lo kan. Gue jadi kaya gini,” kata Mitha
‘gue minta maaf, emang gue yang salah. Tapi lo juga sih, pake jalan di tengah-tengah lagi. Harusnya lo jalan di pinggir jalan donk,” kata Dika
“enak aja lo nyalahin gue. Lo tuch pake acara kebut-kebutan di jalan segala. Jalanan itu dipake buat jalan, bukan buat kebut-kebutan.kalau mau kebut-kebutan di lintasan aja,”jawab Mitha ga mau kalah
“udah ditolongin bukannya makasih, ini malah nyalahin lagi,” gerutu Dika
“eehh udah donk, kok malah jadi berantem sih,” kata Chindy mencoba melerai
‘sayaang, kamu ga papa kan?” tanya mamah yang masuk dengan tergesa-gesa. Diikuti papah di belakangnya dan Dio, kakak Mitha.
‘mamah, papah, Mitha ga papa kok,” jawab Mitha
‘sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Papah
‘maaf om, tante, ini semua gara-gara saya,” aku Dika dengan jujur

Dio yang tadi diam sekarang terlihat mengingat sesuatu.
“Dika, lo Dika kan? Andika Rissalas,” tanya Dio semangat
“Dio,,, Bagus Anindio,” balas Dika ga kalah semangatnya
Mereka berdua tertawa dan langsung berpelukan. Ternyata mereka berdua udah kenal, bahkan dulunya mereka teman akrab. Tapi gara-gara Dio pindah ke Bandung mereka jadi ga ketemu lagi.
Sekarang di dalam kamar hanya ada mereka berempat, Mitha, Chindy, Dika dan Dio. Mamah sama papah menemui dokter.
“Yo sejak kapan lo punya adek keras kepala gini,” tanya Dika pada Dio. Mitha langsung melototin Dika.
“sialan lo. Gini-gini gue sayang banget sama dia. Kalau ada apa-apa sama Mitha, awas aja lo,” ancam Dio yang sebenarnya bercanda
Mitha tersenyum merasa dirinya dibela sama Dio.
“Tha gue pulang dulu ya,” pamit Chindy
“kok pulang sih?” tanya Mitha
“udah sore, besok lagi gue ke sini. Kalau lo besok pulang, gue ke rumah lo aja ya,” jawab Chindy
Mitha mengangguk sambil tersenyum. Lalu Chindy memeluk Mitha dan pamit pulang.
Setelah pamit sama Dio dan Dika, Chindy pulang meninggalkan rumah sakit.
Seperginya Chindy, mereka bertiga Dio, Dika dan Mitha ngobrol-ngobrol, bercanda dan tertawa. Dio dan Dika banyak bercerita, maklum teman lama baru ketemu lagi. Mitha Cuma bisa mendengarkan sambil sesekali tersenyum bila mendengar cerita yang lucu.

Sejak kejadian itu, Mitha jadi deket sama Dika. Apalagi ada Dio. Sebelum Dio balik ke Bandung, Dika ingin bisa sama-sama Dio buat ngumpul bareng, nge-track bareng, ngobrol bareng kaya dulu lagi. Mitha dan Chindy juga pernah diajak lihat Dika balapan. Dio pernah diajak ikut balapan, tapi Mitha ga ngijinin. Jadi Dio nurut aja sama adiknya yang paling dia sayang.

“Dika lo hebat banget,” puji Chindy
“gitu aja kok hebat. Pamer,” ejek Mitha
“eeh kalau ga tau apa-apa diem aja,” kata Dika
“biasa aja kali ga usah nyolot,” pancing Mitha lagi
“Yo, adek lo dikasih makan apa sih? Nyanteng gini,” tanya Dika pada Dio
Dio tersenyum, “udah ga usah berantem. Sekarang mending kita cari tempat buat makan,” ajak Dio
“lo yang traktir ya Dik, lo kan menang,” usul Chindy
“boleh aja,” jawab Dika

Lalu mereka berempat mencari tempat buat makan. Dan akhirnya mereka sepakat untuk makan di tempat favorit Dika. Tempat biasa Dika nongkrong sama teman-temannya.
“Tha, kalau gue punya cowo, gue pengen yang kaya Dika. Udah cakep, baik, jago balap, pokoknya dia idol ague banget,” kata cewe yang bernama lengkap Chindy Putri Riandini ini pada Mitha
Dika yang merasa sedang dipuji tersenyum bangga.
“kalau gue sih ogah punya cowo kaya dia. Ngerepotin dan pasti banyak maunya,” kata Mitha sambil ngelirik Dika
“yee lagi pula siapa juga yang mau punya cewe kaya lo. Udah nyanteng, keras kepala, galak lagi,” balas Dika
“lo belum kenal aja sama adek gue Dik,” bela Dio
Mitha langsung tersenyum menang mendengar kakak tercintanya membela dirinya.
“sekarang gue kalah karena lo dibela kakak lo. Tapi kalau dia ga ada, jangan harap lo bisa menang,” ancam Dika sambil tersenyum
“gue ga bakalan ngalah sama lo, walaupun gue ga dibela Mas Dio,” jawab Mitha
“udah dong jangan berantem terus. Sejak pertama ketemu kalian berdua berantem mulu. Bisa ga sih ga berantem satu hari aja,” pinta Chindy
“tenang aja Chin, awalnya jadi musuh ntar akhirnya jadian juga,” kata Dio sambil tersenyum
“Ngga akan,” kata Mitha dan Dika bareng
Chindy dan Dio cuma bisa tersenyum melihat Mitha dan Dika.

to be continue ^_^
SAAT KAU PERGI (part II) SAAT KAU PERGI (part II) Reviewed by Anonymous on Saturday, January 26, 2013 Rating: 5
Powered by Blogger.